Terkadang aku lelah dengan enigma
Kenyataan bukanlah kebenaran, terkadang.
Kebenaran selalu gesit menunggu kita lengah
Menelan lahap eloknya Yew Berry
Seperti mereka yang ribut dengan dogma
Menuding-menuding Dzat yang tidak mereka percaya
Konyol, meneguhkan keberadaan yang mereka anggap tiada
Membunuh, katanya; sambil menyematkan label yang dibunuh di dirinya
Terkadang mereka sembunyi-sembunyi memohon
Di saat hidup tak lagi adil, anggapmu.
Di saat waktu tak bersahabat denganmu
Di saat tubuh mengerang dan jiwanya berlobang
Maaf, semakin aku tergelak!
Yang aku tahu, Dia bukanlah babu:
Yang bisa kau perintah semaumu,
Dan kau lupakan saat tak butuh.
Di tengah kepingan, berdiri aku berdiri
O, manusia…
O, bangsaku…
O, saudaraku…
O, diriku…
Kita manusia, tak lebih.
Lampaui garis batas, maka kita berubah:
Bisa berbulu lebat, bertaring, bersirip, bersisik, berhati legam.
Ah, biar kutarik selimut enigma, tertidur, layaknya manusia.
Ya, aku manusia…
Jember, 1 Agustus 2011
Apakah ini tentang skrup? Atau yang lainnya? Maap Ka, aku sedang meraba raba hehehe..
BalasHapusbukan skrup seperti yang dikatakan widi masbro... sedikit kritik sosial yang berkaitan dengan teologi sekaligus pengingat bagi diri saya sendiri masbro, hehe...
BalasHapusOw gitu. Widi? ada apa dengan Widi?
BalasHapusBukan membunuh, Ka. tapi pencarian yang tak kunjung ketemu... hwehehehe.
BalasHapus@ masbro: widi seringkali mengatakan "skrup kapitalis" mas, hehe
BalasHapus@ ebhi: banyak kok yang terang2an mengaku "membunuhNYA" :p... lah, mo ketemu gimana? lha wong ga mau nyari :P... bnyak sih yang nyari, tp sebelum nyari rasa sentimen dah didahulukan :D, bukannya open minded :p...
alka: berati ancen waktunya dia masih pada fase itu, mereka masih bereksplorasi dengan alam dan waktunya. ketika sudah ketemu, pasti pemahamannya akan lebih jauh... :D
BalasHapus