Jumat, 03 Februari 2012

Rhein dan Bangau

jika kau menginginkan dirimu menjadi pesakitan,
apa dayaku.
sekat itu terlalu tinggi untuk kulampaui
meskipun aku akan tetap terjaga menjaga nyalamu,
gelisahku meruah tanpa daya membanjiri malam
#
O, lembaran masa yang mulai keriput
seandainya Rhein pun mulai mengering
ijinkan aku mengalirkan rasa,
hingga habis tersesap lelah tak tersisa 
#
tahukah kau warna perih?
                ...........
     lihatlah di bawah lipatan sayapku
     retakan di sorot mataku
     bebatuan di tarikan nafasku
                ...........
ah, tak seberapa.
#
kini, peluklah
     wangi tanah saat hujan memudar
     irama sejuk menyisip gerah
     ranumnya rembulan yang kasmaran
dan buanglah masai harimu
#
mungkin nanti,
     saat aksara mulai jengah melekat
     saat tubuh mulai bergetar menggempa
     saat pandang mulai berdenyar merabun
kau merindukan pagi, bersama sang bangau

174 km dari kotamu, 4 februari, 2012

2 komentar: