Terkadang aku lelah dengan enigma
Kenyataan bukanlah kebenaran, terkadang.
Kebenaran selalu gesit menunggu kita lengah
Menelan lahap eloknya Yew Berry
Seperti mereka yang ribut dengan dogma
Menuding-menuding Dzat yang tidak mereka percaya
Konyol, meneguhkan keberadaan yang mereka anggap tiada
Membunuh, katanya; sambil menyematkan label yang dibunuh di dirinya
Terkadang mereka sembunyi-sembunyi memohon
Di saat hidup tak lagi adil, anggapmu.
Di saat waktu tak bersahabat denganmu
Di saat tubuh mengerang dan jiwanya berlobang
Maaf, semakin aku tergelak!
Yang aku tahu, Dia bukanlah babu:
Yang bisa kau perintah semaumu,
Dan kau lupakan saat tak butuh.
Di tengah kepingan, berdiri aku berdiri
O, manusia…
O, bangsaku…
O, saudaraku…
O, diriku…
Kita manusia, tak lebih.
Lampaui garis batas, maka kita berubah:
Bisa berbulu lebat, bertaring, bersirip, bersisik, berhati legam.
Ah, biar kutarik selimut enigma, tertidur, layaknya manusia.
Ya, aku manusia…
Jember, 1 Agustus 2011